Rabu, 27 Oktober 2010

choirul rikza on PUNCAK 29

“PUNCAK 29” (sebuah cerita kesan terakhir..)
Puncak 29 adalah puncak yang tingginya lebih tinggi dari Gunung muria, tepatnya sebelah utara Gunung Muria. Kejadian ini terjadi pada tanggal 23 Mei 2008, tepatnya setelah selesai Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA. Sahal, Ali, Rikza, Abidin, Syamsul dan Su’ud, mereka semua adalah siswa kelas IMERSI dari sekolah yang ada di Jepara yaitu MA Hasyim Asy’ari Bangsri, sebenarnya ada satu siswa lagi yang terpaksa tidak ikut mendaki puncak 29 yaitu Herman, entah mengapa dia tidak bisa ikut, katanya sedang sibuk. Namun tak apalah bagi kami, memang perencanaannya benar-benar kurang matang, dan dengan sangat terpaksanya kita ber-6 berangkat menuju puncak 29. kita berangkat lewat jalur desa Sumanding, kami naik angkot jurusan Bangsri-Sumanding, dari desa Sumanding kami mulai mendaki gunung yang jauhnya kalu ditempuh dari desa Sumanding bisa mencapai 100 km untuk sampai puncak 29, namun dengan semangat dan tekat kita tetap bersikeras untuk mendakinya, padahal sebenarnya ada jalan yang lebih dekat, yaitu lewat desa Duplak, tapi tak ada angkutan yang lewat desa tsb. Kalo dihitung, kami harus melewati 7 bukit, dan pastinya bukit adalah jalannya naik-turun. Meski jalannya naik- turun, berjalan sambil menyanyi akhirnya pun sampai desa Duplak, disitu kami istirahat sejenak dirumah penduduk sekalian shalat jum’ah karena kebetulan hari itu adalah hari Jum’at.
Setelah sholat Jum’at kami bergegas melanjutkan perjalanan, mengingat hari semakin siang dan menuju sore, dengan sekuat tenaga, kami berusaha untuk sampai puncak pada sore hari dengan harapan dapat menikmati keindahan pemandangan rumah2 penduduk dan perkotaan sekitar pada malam hari dari atas puncak, namun rencana tidak sesuai apa yang dibayangkan, ternyata sangatlah jauh untuk bisa mencapai puncak karena jalannya sudah berubah, jadi harus mengelilingi gunung2 sekitar. Dan akhirnya diputuskan untuk istirahat lalu mendirikan tenda dipertengahan bukit. Dengan bekal hanya sarimi dan singkong kita mulai menyalakan api untuk memasak. Meski suasana sangatlah gelap dan mencekam ditambah lagi dinginnya udara malam itu, (kan di gunung....ya dingin tho yo...) kami tetap bergembira dan tak lupa selalu berdoa supaya terhindar dari binatang buas, doa apapun yang kita bisa, disitu diucapkan, dari membaca Tahlil-an, surah Yasin, Al Waqi’ah, Al Mulk sampai beberapa Jus ’Amma (maklum cah Aliyah....jadi nyrodhok apal cithek2...hhe). berdongeng ala joker ’n cepot sungguh menyenangkan, sambil bakar singkong, pisang mentah(dapet dijalan hhe..). Dan berkidding ria ”siapa cewek tercantik dikelas?”tanya Ali. Lalu Bidin menjawab:” mbak Ima tho yo......!” jah mbak Ima?”sahut Syam. Lhah kok bisa?”sahut Ali lagi. ”Bener tho yo....mbak ima katane Bidin mempunyai inner beauty lebih, jadi gak bisa dipandang dengan sebelah mata....ha..haaa..!iyo rak den..?”ceplos Rikza sok bijak. ”Betul za....100 buat kamu”. sahut Bidin. ”Nang-nang....selerane iku loh...”ejek Ali. ”ha...haaa..”tawa Syam. Lalu Su’ud sosok teman yang dikenal alim dikelas bilang: ”kok podho ngaco....piye tho?masing2 orang punya persepsi jadi biarkan dia berpendapat, itukan kata bidin, yang lain nggak ya terserah...hmm..wes..ayo podo tidur. Menjelang tengah malam kita mulai tugas piket jaga, jaganya pun bergantian berdua gantian ( 2 jam-an).....namun saat menjelang pagi semuanya pada ngantuk, jadi semuanya pada tidur....zzzzz
Saat adzan subuh terdengung, kita malas banget untuk bangun, karena dingin banget, jadi sholatnya hampir kehabisan waktu. Kemudian kita masak untuk sarapan pagi. Setelah makan membongkar tenda dan selanjutnya melanjutkan perjalanan menyusuri bukit, dan akhirnya sekitar pertengahan pagi kita sampai di puncak 29, dan sungguh kebahagiaan yang sungguh luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan hanya dapat dinikmati dari lubuk hati yang paling dalam, mengingat perjuangan selama sehari semalam.
Sejenak kita beristirahat sambil menikmati pemandangan, disana ketemu mbah2...pertapa kali....”omong Syam. Ternyata diatas puncak ada Punden-nya, ada warung lagi...ckck...tapi sungguh salut dan terheran-heran, kok bisa ada warung??? gimana cara bawa belanjaan keatas puncak??? Pa bawa helikopter??”guman Rikza. Lalu sejam kemudian setelah dirasa cukup puas, kita mulai turun gunung, sebenarnya pengen ngelanjutin ke Gunung Muria, tapi sudah pada kecape’an jadi langsung pulang, ketika sampai didesa Duplak, kita istirahat di Masjid sekalian shalat dzuhur. Lalu kembali meneruskan perjalanan pulang, kali ini kita pulang ambil jalan yang berbeda, dan resikonya kita harus TERSESAT....! dan tidak tanggung-tanggung...sampai desa Cluwak, yang ternyata ikut KABUPATEN PATI. Dan kita pun terus menyusuri jalan dan akhirnya sampai jalan raya, dan hari pun sudah menjelang maghrib, tapi tidak ada bus lewat, dan akhirnya kita nebeng TRUK pengangkut kacang tanah, sungguh asyik....(sambil makan kacang...hhe), tapi kejadian berlanjut ternyata truk cuma sampai Pom Bensin, jarak dari tempat kita ikut cuma sekitar 500 meter, lalu kami mencoba menunggu bus lagi, barang kali masih ada, sambil berjalan tangan kita melambai2 menghentikan kendaraan yang lewat. Dan akhirnya ada bus yang lewat, untungnya masih boleh ikut. Alhamdulillah .....kita bisa pulang sampai Bangsri..
Sungguh pengalaman dan kisah terakhir dari kelas IMERSI 2008 MA Hasyim Asyari yang sangat menakjubkan. Kami adalah siswa IMERSI pertama yang berhasil mendaki Puncak 29. sungguh pengalaman dan kisah yang luar biasa, coba bayangkanlah......^_^
Setitik kisah inilah yang sampai saat ini masih terngiang dan tersimpan rapat dalam hati kami sebagai kado terakhir kami dalam menjalani pendidikan selama 3 tahun di sekolah tercinta MA Hasyim Asy’ari Bangsri. Yang sekarang sudah berpecah berai siswa/i nya, ada yang sudah menikah, kerja, kuliah dan nganggur neng omah, selalu hati kita tetap bersama, sehingga tetap menjaga dan menjalin silaturrahim antar semua....SALAM SUKSES!!!

Tidak ada komentar: