Kamis, 28 Oktober 2010

Festamasio V Palembang

salam budaya..

Persiapan panitia Festamasio V Palembang sampai saat ini masih jauh dari kata sempurna namun kita masih berusaha untuk dapat menjadi tuan rumah yang dapat menerima kawan-kawan se-Indonesia dengan sebaik mungkin.
Panitia minta maaf jika sebelumnya belum bisa memberikan info-info tentang perkembangan kita disini sehingga menimbulkan tanda tanya dari teman-teman apakah Festamasio V jadi atau tidak atau kemungkinan waktu pelaksanaan yang berubah.
Dan kali ini panitia akan menjawab semua pertanyaan teman-teman dan komunitas seni mengenai waktu pelaksaan Festival Teater Mahasiswa Nasional V (Festamasio V) yang insya'Allah dilaksanakan pada 18 April 2011 s.d. 24 april 2011 di Palembang, Sumatra Selatan.

untuk kurasi tahap I dilaksanakan mulai 1-7 November 2010
dengan syarat:
- murni mahasiswa
- naskah buatan sendiri bukan adaptasi, terjemahan, dan saduran
- STSI, ISI, Sendaratasik mohon maaf tidak dapat mengikuti kegiatan ini
- dokumentasi kegiatan komunitas (eksistensi komunitas selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 dengan bukti dari poto, media massa)
- pengumpulan data, profil, naskah, dan bentuk pementasan dibuat dengan format DVD


dan kepada teman-teman untuk dapat bergabung di:
grup: festamasio V palembang
blog: festivalteatermahasiswanasional.blogspot.com

untuk info lebih lanjut dapat menghubungi:
donny : 085769070725
yelly : 085267269411
lulu' : 085758615287

terima kasih
a.n. Panpel Festamasio V Palembang 2011

Budidaya ikan LELE

TTG BUDIDAYA PERIKANAN
BUDIDAYA IKAN LELE
( Clarias )
1. SEJARAH SINGKAT
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di
Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang),
ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali
(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang
(Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele
bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari,
ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada
musim penghujan.
2. SENTRA PERIKANAN
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India,
Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India
(daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.
3. JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986)
adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat),
ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa
Tengah), wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat),
kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang
(Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish,
berasal dari Afrika.
4. MANFAAT
1. Sebagai bahan makanan
2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau
ikan hias.
3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati
penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing
darah dan lain-lain.
5. PERSYARATAN LOKASI
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele
dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya
maksimal 700 m dpl.
3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan
sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada
di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun
kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau
mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
ikan.
9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan
alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup,
seperti enceng gondok.
11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan
optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang
dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari
12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
1. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah
dipasang.
5. Kedalaman air 30-60 cm.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu
luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk
dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya.
Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran
maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus
dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan.
Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat
untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan
usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
o Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
o Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
o Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
2. Penyiapan Bibit
1. Menyiapkan Bibit
1. Pemilihan Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
􀂃 Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
􀂃 Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan
lele betina.
􀂃 Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol,
memanjang ke arah belakang, terletak di belakang
anus, dan warna kemerahan.
􀂃 Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak
gepeng (depress).
􀂃 Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding
induk ikan lele betina.
􀂃 Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut
ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental
(spermatozoa-mani).
􀂃 Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
􀂃 Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
􀂃 Warna kulit dada agak terang.
􀂃 Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat
daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar
dan terletak di belakang anus.
􀂃 Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak
cembung.
􀂃 Perutnya lebih gembung dan lunak.
􀂃 Bila bagian perut di stripping secara manual dari
bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan
kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
􀂃 Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
􀂃 Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam
kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
􀂃 Berat badannya berkisar antara 100-200 gram,
tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang
20-5 cm.
􀂃 Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat,
tidak luka, dan lincah.
􀂃 Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan
induk betina berumur satu tahun.
􀂃 Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan
sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali
dengan syarat apabila makanannya
mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat
mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan
dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan
ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
􀂃 Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk
ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi
seperti cincangan daging
bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan
buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan
kadar protein yang relatif
tinggi, yaitu ± 60%. Cacing sutra kurang baik untuk
makanan induk lele, karena kandungan lemaknya
tinggi. Pemberian cacing sutra
harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau
pemijahan.
􀂃 Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan
jumlah 5-10% dari berat total ikan.
􀂃 Setelah benih berumur seminggu, induk betina
dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk
menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa
dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2
minggu.
􀂃 Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau
yang terserang penyakit untuk segera diobati.
􀂃 Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun
kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6
liter/menit.
2. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
1. Kolam induk:
􀂃 Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau
tembok sebagian dengan dasar tanah.
􀂃 Luas bervariasi, minimal 50 m2.
􀂃 Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian
dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan)
30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian
tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm,
berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam
disurutkan airnya.
􀂃 Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran
dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok
yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran
dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk
keluarnya banih ke kolam pendederan.
􀂃 Setiap sarang peneluran mempunyai satu
lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC)
ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk
lele.
􀂃 Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
􀂃 Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk
kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750
gram/m2.
􀂃 Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan
selama 4 hari. Kolam Rotifera (cacing bersel
tunggal):
􀂃 Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam
induk berfungi untuk menumbuhkan makanan
alami ikan (rotifera).
􀂃 Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk
dengan pipa paralon untuk mengalirkan
rotifera.
􀂃 Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk
memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
􀂃 Luas kolam ± 10 m2.
2. Pemijahan:
􀂃 Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah
sarang yang tersedia dan induk jantan
sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per
sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas
kolam (pilih salah satu).
􀂃 Masukkan induk yang terpilih ke kubangan,
setelah kubangan diairi selama 4 hari.
􀂃 Beri/masukkan makanan yang berprotein
tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah,
pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah
berat makanan) 2-3% dari berat total ikan
yang ditebarkan .
􀂃 Biarkan sampai 10 hari.
􀂃 Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air
dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di
atas lubang sarang peneluran atau kedalaman
air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan
sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu
diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari
berikutnya induk telah memijah dan bertelur.
Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang,
terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik
bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya
baik dan akan bertelur terus sampai umur 5
tahun.
􀂃 Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam
pendederan dengan cara: air kolam disurutkan
sampai batas kubangan, lalu benih
dialirkan melalui pipa pengeluaran.
􀂃 Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke
kolam pendederan diberi makanan secara
intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan
kepadatan 60 -100 ekor/m2.
􀂃 Dari seekor induk lele dapat menghasilkan ±
2000 ekor benih lele. Pemijahan induk lele
biasanya terjadi pada sore hari atau malam
hari.
2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
0. Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
􀂃 Buat bak dari semen atau teraso dengan
ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
􀂃 Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu
ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai
sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang
dan diberi tutup untuk melihat adanya telur
dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang
pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak
menjadi gelap.
􀂃 Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari
tumpukan batu bata atau ember plastik atau
barang bekas lain yang memungkinkan.
􀂃 Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil
untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
􀂃 Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci
dengan air dan bilas dengan formalin 40 %
atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian
bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.
1. Pemijahan:
􀂃 Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu
bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm.
Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran
dilakukan pada jam 14.00–16.00.
􀂃 Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan
yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan
sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan
dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas.
Telur-telur yang baik adalah yang berwarna
kuning cerah.
􀂃 Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil
(stadium larva) tersebut berupa kutu air atau
anak nyamuk dan setelah agak besar
dapat diberi cacing dan telur rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
0. Penyiapan bak pemijahan secara masal:
􀂃 Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50
m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
􀂃 Di luar bak, menempel dinding bak dibuat
sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang
dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih
dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap
sarang dibuatkan satu lubang dari paralon
berdiameter 4 inchi.
􀂃 Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil
untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
􀂃 Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan
dibilas dengan larutan desinfektan atau
formalin, lalu dibilas dengan air bersih;
kemudian keringkan.
1. Pemijahan:
􀂃 Tebarkan induk lele yang terpilih (matang
telur) dalam bak pembenihan sebanyak
2xjumlah sarang , induk jantan sama
banyaknya dengan induk betina atau dapat
pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak
seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak
pembenihan diairi setinggi 1 m.
􀂃 Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air
sampai ketinggian 50- 60 cm, induk beri
makan secara intensif.
􀂃 Sepuluh hari kemudian, air dalam bak
dinaikkan sampai di atas lubang sarang
sehingga air dalam sarang mencapai
ketinggian 20-25 cm.
􀂃 Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk
berpasangan masuk sarang pemijahan,
memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10
hari.
􀂃 Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan
diperkirakan telur-telur dalam sarang
pemijahan telah menetas dan menjadi benih
lele.
􀂃 Benih lele dikeluarkan melalui saluran
pengeluaran benih untuk didederkan di kolam
pendederan.
3. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang
ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan
hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar
hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
􀂃 Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma,
disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam
penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari
jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina
akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium
menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk
melakukan pengurutan perut (stripping).
􀂃 Mendorong nafsu sex (libido)
2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
1. Kolam untuk pendederan:
􀂃 Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm,
dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan
licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele
tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju
pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara
kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air
lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5
cm dan panjang 10 m.
􀂃 Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang
dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam
dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa
nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm,
kemudian dipaku.
􀂃 Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa
air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan
dengan pipa
plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air
kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait
sebagai gantungan.
􀂃 Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang
lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi
dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
􀂃 Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm,
dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
2. Penjarangan:
􀂃 Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang
dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar,
sehingga volume
ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
􀂃 Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat
mengakibatkan :
􀂃 Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
􀂃 Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat
dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang
lebih kecil dimakan oleh ikan
yang lebih besar).
􀂃 Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2
dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan
ikan lele terhambat.
􀂃 Cara penjarangan pada benih ikan lele :
􀂃 Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
􀂃 Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
􀂃 Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
3. Pemberian pakan:
􀂃 Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan
dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak
menetas.
􀂃 Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton,
yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%.
Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa
setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan
ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari
sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele
harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang
berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan
kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton.
Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran
kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
􀂃 Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap
hari.
􀂃 Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x
biomassa setiap hari.
􀂃 Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap
hari.
􀂃 Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap
hari.
􀂃 Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet
apung.
4. Pengepakan dan pengangkutan benih
􀂃 Cara tertutup:
􀂃 Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih
dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik
dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air
sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian.
Ujung plastik segera diikat rapat.
􀂃 Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau
peti supaya tidak mudah pecah.
􀂃 Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
􀂃 Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama
pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele.
(Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
􀂃 Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih
dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya
tergantung ukurannya. Benih ukuran
10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal
10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh
air diganti di tempat yang teduh.
3. Pemeliharaan Pembesaran
0. Pemupukan
1. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan
alami bagi benih lele.
2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan
dosis 500-700 gram/m 2 . Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2,
TSP 20 gram/m 2 , dan amonium nitrat 15 gram/m 2 . Selanjutnya
dibiarkan selama 3 hari.
3. Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan
dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah
menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasadjasad
renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
4. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
1. Pemberian Pakan
1. Makanan Alami Ikan Lele
􀂃 Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacingcacing,
dan serangga air.
􀂃 Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol.
Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol.
Diatome),
ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
􀂃 Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
􀂃 Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
2. Makanan Tambahan
􀂃 Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan
berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan,
tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
􀂃 Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul,
jagung, dan bekicot (2:1:1).
3. Makanan Buatan (Pellet)
􀂃 Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil
kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang
tanah=18,00;
tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;
vitamin=1,00; mineral=0,500;
􀂃 Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan
seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya
kurang dari 10%.
Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak
yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele.
Lumuran minyak
juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
􀂃 Cara pemberian pakan:
􀂃 Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6
minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit
sebelum pemberian makanan
yang berbentuk tepung.
􀂃 Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung
diberi makanan yang berbentuk pellet.
􀂃 Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari,
karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan
lele.
2. Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele
yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin
dengan
dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut
akan kebal selama 6 bulan.
2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan
menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan
merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm
selama 30 menit.
3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2
untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara
mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah
diendapkan 2
malam.
3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan
dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2 selama satu
minggu.
Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian
dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama dan Penyakit
1. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan lele.
2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara
lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan
gabus dan belut.
3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak
banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas
hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang
terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak,
berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi
gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di
permukaan air. Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar
tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan
antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari,
diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak
100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
2. Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan
berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati,
ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau
miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian:
memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan
Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari
selama 5–15 hari.
3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau
ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan
benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah
lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh
lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang
seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa
direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit
dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1
jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
4. Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadangkadang
amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut
Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat
lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik
berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering
menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan:
dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran
larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate
0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar.
Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5. Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing
Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus
menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi lukaluka,
kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan
terganggu. Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air
selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3)
mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat
(KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2%
selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5%
selama ± 10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit,
sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati
pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5
ppm.
2. Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,
kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti
dengan yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
8. PANEN
1. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu
dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2. Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4
bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan
ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
4. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan
seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5. Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6. Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan
dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-
2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
2. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
2. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan
permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang
ada di kolam.
9. PASCAPANEN
1. Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan
sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu
atau kayu.
2. Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat
menyebabkan daging terasa pahit.
3. Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam
masakan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1. Analisis Usaha Budidaya
Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun,
Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:
1. Biaya produksi
1. Lahan
􀂃 Tanah 123 m 2 Rp. 123.000,-
􀂃 Kolam 9 buah Rp. 1.230.000,-
􀂃 Perawatan kolam Rp. 60.000,-
2. Bibit/benih
􀂃 betina 40 ekor @ Rp. 12.000,- Rp. 480.000,-
􀂃 jantan 10 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
3. Pakan
􀂃 Pakan benih Rp. 14.530.300,-
􀂃 Pakan induk Rp. 4.818.000,-
4. Obat-obatan Rp. 42.000,-
5. Peralatan
􀂃 pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp. 330.000,-
􀂃 diesel 1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
􀂃 sikat 1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
􀂃 jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
􀂃 bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
􀂃 timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
􀂃 alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000,-
􀂃 ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp. 7.500,-
􀂃 gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
􀂃 selang Rp. 90.000,-
􀂃 paralon Rp. 70.000,-
􀂃 Perawatan alat Rp. 120.000,-
6. Tenaga kerja Rp. 420.000,-
7. Lain-lain Rp. 492.000,-
8. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.045.600,-
2. Pendapatan Rp. 2.220.000,-
3. Keuntungan Rp. 7.174.400,-
4. Parameter kelayakan usaha 25%
5. BEP dalam unit (ekor)
􀂃 ukuran 1 1.138
􀂃 ukuran 2 325.049
􀂃 ukuran 3 65.010
􀂃 ukuran 4 6.501
􀂃 ukuran 5 11.377
􀂃 ukuran 6 260
2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai
prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan
diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
11. DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang.
2. Djamiko, H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha. C.V.
Simplex. Jakarta.
3. Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex.
Jakarta.
4. Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit Swadaya.
Jakarta.
5. Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhratara.
Jakarta.
6. Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung.
7. Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

teater diponegoro, open rekruitment,

TEATER
DIPONEGORO

OPEN
RECRUITMENT
Pendaftaran : Ketik REG DIPO (spasi) NAMA (spasi) Jurusan
KIRIM KE : 0857 4080 4376
Dan Pengambilan FORMULIR dan WAWANCARA
12 – 30 Oktober 2010
di PKM Joglo UNDIP Pleburan atau di Area Gd. Prof
Soedarto tiap hari SENIN dan KAMIS.

Persyaratan:
1. Pas Foto 3x4 berwarna 2 lembar
2. Mengisi Formulir Pendaftaran
3. Percaya diri, Sehat jasmani dan
rohani
4. Punya minat akan seni terutama
teater

What you
wanna be?
 Director
 Actor/actrees
 Script writer
 Lighting
 Illustrator
 Coreografer
 Make up, cotume
 Artistic
 Stage manager
 Apresiasi Puisi

CP : ViA 0856 9377 4402
RiXsA 0857 4080 4376 JOIN WITH US!

Rabu, 27 Oktober 2010

teater diponegoro, belajar teater lewat proses penggarapan

BELAJAR teater tidak cukup dengan teori-teori dan latihan dasar semata. Seorang guru atau siswa dalam proses belajar-mengajar sebaiknya mulai berhadapan dengan naskah dan pementasan agar proses pembelajaran bisa lebih matang. Seorang drmawati kondang di Bali, Cok Sawitri, memberikan pelajaran praktis bagaimana proses belajar-mengajar bisa dilakukan dengan langsung berhadapan dengan naskah.
Pengajaran praktis ini berasumsi di sekolah banyak siswa, baik laki-laki maupun perempuan hingga tak ada kendala kekurangan pemain teater. Dan, pelatih/pembina/guru memiliki pengetahuan tentang teater, sudah pernah bermain drama atau minimal pernah menonton drama. Langkah-langkah praktisnya adalah, pertama pelatih memilih naskah kemudian dipelajari.

Kedua, perencanaan setting. Perencanaan setting harus dipikirkan karena setting yang ruwet justru akan menyusahkan. Disarankan naskah yang dipilih adalah naskah dengan desain setting yang sederhana. Ketiga, meneliti mana peran utama dan peran pambantu. Peran utama dibagi dalam peran antagonis dan protagonis. Jadi peran utama itu tidak selalu mewakili kebaikan, juga tidak keburukan, tetapi adalah peran yang memegang paling banyak alur cerita naskah.

Setelah identifikasi jumlah pendukung dalam naskah itu dan kebutuhan setting tergambar, barulah dilakukan pengumpulan para siswa atau siswi calon pemain. Naskah yang sudah dipelajari oleh pelatih/guru disinopsiskan secara sederhana dan dibagikan kepada siswa. Lalu guru menceritakan naskah apa yang akan mereka mainkan, peran-peran di dalamnya.

Lalu ada tahap reading. Dalam tahap ini naskah dibagikan ke semua siswa-siswi. Semua yang terlibat diwajibkan membaca naskah secara keseluruhan. Reading adalah tahap di mana semua siswa/siswi harus memahami semua karakter, dan difungsikan sebagai bedah naskah. Dalam teater, jangan selalu berpatokan peran tokoh perempuan harus dibawakan perempuan, dan tokoh laki-laki harus dimainkan lelaki.
Ketika reading, semua pemain dicoba untuk memasuki peran dengan perlahan. Bersamaan dengan reading ada olah vokal, dan akan diketahui kualitas vokal para pemain. Lalu pelatihan irama, artikulasi, tekanan, dsb. Reading bisa berlangsung 3 - 5 kali, hingga naskah secara keseluruhan benar-benar dibaca. Pada tiap pertemuan supaya tidak jenuh bisa diselingi latihan cara berjalan.

Cara berjalan dalam teori berteater yang lebih luas disebut pemahaman panggung, mulai memahami panggung seperti apa. Dibuat desain panggung yang menghadap penonton seperti biasa (umum) yang mudah dipahami anak-anak. Yang paling penting, cara melangkah dan berjalan dibuat sedemikian rupa hingga siswa paham mana posisi tampak muka dan belakang, tampak samping kanan kiri. Pada saat ini, siswa mulai menyadari bahwa badan meraka adalah hal yang akan ditonton.

Pada saat ini, mulai dilatih ekspresi-ekspresi dasar. Ekspresi dasar misalnya menangis, semua orang akan punya ekspresi yang sama, juga tertawa, tersenyum, dan sebagainya. Kemudian belajar pula sinergi badan, gerakan kaki dan tangan. Misalnya tak boleh ada badan yang melengkung. Juga ketika melakukan dialog, misalnya tangan tak boleh bergerak-gerak tanpa tujuan, kaki bergoyang-goyang, dan sebagainya.
Kemudian langkah selanjutnya adalah audisi, pemilihan dengan melihat dari proses, siapa yang cocok jadi pemeran utama atau pemeran pembantu. Selebihnya siswa-siswi yang ada bisa dilatih untuk menjadi crew stage (kru panggung), yang mendukung misalnya untuk menyiapkan properti, pergantian atau setting. Dan, semuanya akan mamahami mengapa mereka diposisikan demikian. Tetapi, proses latihan tetap harus dilaksanakan bersama.

Terus, pembelajaran dilakukan dengan proses menghapal bagian-bagian dialog, mulai per adegan atau pembabakan, sekaligus mulai latihan blocking. Saat hapalan pertama kali, meski masih memegang naskah, blocking telah didesain dari awal. Bila nanti latihan sudah berjalan, blocking dapat diserahkan kepada pemain untuk improvisasi. Konsep blocking adalah keseimbangan panggung, muka belakang, cara berputar di depan panggung, dan seterusnya.


Selanjutnya adalah tahap seni peran. Tahap ini adalah bagaimana seseorang memasuki peran yang ada dalam naskah sesuai kebutuhan. Misalnya kalau perannya jahat, pemain harus mengidentifikasi bagaimana biasanya orang bersikap jahat. Di sisi lain, siswa yang bertugas di properti mulai membayangkan setting.
Misalnya jika adegan dalam rumah, maka properti apa yang harus disiapkan. Dalam seni peran ini akan nampak sinergi antara dialog, gerakan dan properti. Juga mulai pemahaman tempo dalam dialog dan tempo permainan. Tempo dialog adalah dialog yang mengandung plot (sebab-akibat) ada yang dalam irama cepat, ada yang perlahan. Kemudian ekspresi marah, ekspresi gembira dan sebagainya juga bisa mendorong cepat-lambatnya tempo, tergantung pilihan interpretasi naskah.

Langkah selanjutnya pelatih/guru mulai berjarak untuk melihat struktur dramatik naskah yang dimainkan. Struktur dramatik adalah bagaimana membuat naskah-naskah mengalir dari satu adegan ke adegan lain. Bagaimana jika happy ending, sad ending, mencari klimaks di mana, dan sebagainya. Klimaks bisa tersembunyi dalam adegan, dalam dialog, pun dalam instruksi yang ada dalam teks sampingan (neben-text).
Setelah itu, harus dicoba latihan penuh, artinya dicoba drama dimainkan utuh dari awal sampai akhir. Lalu dilakukan 2-3 kali pembenahan hingga terpenuhi kebutuhan memainkan naskah yang benar. Pertama, seni peran mulai nampak nyata, blocking dan pemanggungan tertata, tempo permainan dan penghayatan yang sudah nampak.

Tahap berikutnya adalah geladi kotor. Tahap ini dilakukan saat di mana harus sudah dipikirkan kostum dan perlengkapan lainnya. Jika hingga tahap ini terdapat pemain yang tidak juga bisa memasuki kadar permainan yang diinginkan, maka harus diingat, bahwa sejak audisi awal banyak sekali pemain-pemain yang telah melalui reading, bisa menjadi pemain cadangan. Lalu terakhir sampailah ada tahap geladi bersih dan evaluasi keseluruhan.

Lama keseluruhan latihan sebuah pementasan drama tergantung dari naskah. Naskah dengan jumlah dialog sekitar 150 bisa mencapai 4 hingga 5 minggu dengan 2 hingga 3 kali pertemuan setiap minggu dengan masing-masing latihan selama 2 jam efektif. (ole)

choirul rikza on PUNCAK 29

“PUNCAK 29” (sebuah cerita kesan terakhir..)
Puncak 29 adalah puncak yang tingginya lebih tinggi dari Gunung muria, tepatnya sebelah utara Gunung Muria. Kejadian ini terjadi pada tanggal 23 Mei 2008, tepatnya setelah selesai Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA. Sahal, Ali, Rikza, Abidin, Syamsul dan Su’ud, mereka semua adalah siswa kelas IMERSI dari sekolah yang ada di Jepara yaitu MA Hasyim Asy’ari Bangsri, sebenarnya ada satu siswa lagi yang terpaksa tidak ikut mendaki puncak 29 yaitu Herman, entah mengapa dia tidak bisa ikut, katanya sedang sibuk. Namun tak apalah bagi kami, memang perencanaannya benar-benar kurang matang, dan dengan sangat terpaksanya kita ber-6 berangkat menuju puncak 29. kita berangkat lewat jalur desa Sumanding, kami naik angkot jurusan Bangsri-Sumanding, dari desa Sumanding kami mulai mendaki gunung yang jauhnya kalu ditempuh dari desa Sumanding bisa mencapai 100 km untuk sampai puncak 29, namun dengan semangat dan tekat kita tetap bersikeras untuk mendakinya, padahal sebenarnya ada jalan yang lebih dekat, yaitu lewat desa Duplak, tapi tak ada angkutan yang lewat desa tsb. Kalo dihitung, kami harus melewati 7 bukit, dan pastinya bukit adalah jalannya naik-turun. Meski jalannya naik- turun, berjalan sambil menyanyi akhirnya pun sampai desa Duplak, disitu kami istirahat sejenak dirumah penduduk sekalian shalat jum’ah karena kebetulan hari itu adalah hari Jum’at.
Setelah sholat Jum’at kami bergegas melanjutkan perjalanan, mengingat hari semakin siang dan menuju sore, dengan sekuat tenaga, kami berusaha untuk sampai puncak pada sore hari dengan harapan dapat menikmati keindahan pemandangan rumah2 penduduk dan perkotaan sekitar pada malam hari dari atas puncak, namun rencana tidak sesuai apa yang dibayangkan, ternyata sangatlah jauh untuk bisa mencapai puncak karena jalannya sudah berubah, jadi harus mengelilingi gunung2 sekitar. Dan akhirnya diputuskan untuk istirahat lalu mendirikan tenda dipertengahan bukit. Dengan bekal hanya sarimi dan singkong kita mulai menyalakan api untuk memasak. Meski suasana sangatlah gelap dan mencekam ditambah lagi dinginnya udara malam itu, (kan di gunung....ya dingin tho yo...) kami tetap bergembira dan tak lupa selalu berdoa supaya terhindar dari binatang buas, doa apapun yang kita bisa, disitu diucapkan, dari membaca Tahlil-an, surah Yasin, Al Waqi’ah, Al Mulk sampai beberapa Jus ’Amma (maklum cah Aliyah....jadi nyrodhok apal cithek2...hhe). berdongeng ala joker ’n cepot sungguh menyenangkan, sambil bakar singkong, pisang mentah(dapet dijalan hhe..). Dan berkidding ria ”siapa cewek tercantik dikelas?”tanya Ali. Lalu Bidin menjawab:” mbak Ima tho yo......!” jah mbak Ima?”sahut Syam. Lhah kok bisa?”sahut Ali lagi. ”Bener tho yo....mbak ima katane Bidin mempunyai inner beauty lebih, jadi gak bisa dipandang dengan sebelah mata....ha..haaa..!iyo rak den..?”ceplos Rikza sok bijak. ”Betul za....100 buat kamu”. sahut Bidin. ”Nang-nang....selerane iku loh...”ejek Ali. ”ha...haaa..”tawa Syam. Lalu Su’ud sosok teman yang dikenal alim dikelas bilang: ”kok podho ngaco....piye tho?masing2 orang punya persepsi jadi biarkan dia berpendapat, itukan kata bidin, yang lain nggak ya terserah...hmm..wes..ayo podo tidur. Menjelang tengah malam kita mulai tugas piket jaga, jaganya pun bergantian berdua gantian ( 2 jam-an).....namun saat menjelang pagi semuanya pada ngantuk, jadi semuanya pada tidur....zzzzz
Saat adzan subuh terdengung, kita malas banget untuk bangun, karena dingin banget, jadi sholatnya hampir kehabisan waktu. Kemudian kita masak untuk sarapan pagi. Setelah makan membongkar tenda dan selanjutnya melanjutkan perjalanan menyusuri bukit, dan akhirnya sekitar pertengahan pagi kita sampai di puncak 29, dan sungguh kebahagiaan yang sungguh luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan hanya dapat dinikmati dari lubuk hati yang paling dalam, mengingat perjuangan selama sehari semalam.
Sejenak kita beristirahat sambil menikmati pemandangan, disana ketemu mbah2...pertapa kali....”omong Syam. Ternyata diatas puncak ada Punden-nya, ada warung lagi...ckck...tapi sungguh salut dan terheran-heran, kok bisa ada warung??? gimana cara bawa belanjaan keatas puncak??? Pa bawa helikopter??”guman Rikza. Lalu sejam kemudian setelah dirasa cukup puas, kita mulai turun gunung, sebenarnya pengen ngelanjutin ke Gunung Muria, tapi sudah pada kecape’an jadi langsung pulang, ketika sampai didesa Duplak, kita istirahat di Masjid sekalian shalat dzuhur. Lalu kembali meneruskan perjalanan pulang, kali ini kita pulang ambil jalan yang berbeda, dan resikonya kita harus TERSESAT....! dan tidak tanggung-tanggung...sampai desa Cluwak, yang ternyata ikut KABUPATEN PATI. Dan kita pun terus menyusuri jalan dan akhirnya sampai jalan raya, dan hari pun sudah menjelang maghrib, tapi tidak ada bus lewat, dan akhirnya kita nebeng TRUK pengangkut kacang tanah, sungguh asyik....(sambil makan kacang...hhe), tapi kejadian berlanjut ternyata truk cuma sampai Pom Bensin, jarak dari tempat kita ikut cuma sekitar 500 meter, lalu kami mencoba menunggu bus lagi, barang kali masih ada, sambil berjalan tangan kita melambai2 menghentikan kendaraan yang lewat. Dan akhirnya ada bus yang lewat, untungnya masih boleh ikut. Alhamdulillah .....kita bisa pulang sampai Bangsri..
Sungguh pengalaman dan kisah terakhir dari kelas IMERSI 2008 MA Hasyim Asyari yang sangat menakjubkan. Kami adalah siswa IMERSI pertama yang berhasil mendaki Puncak 29. sungguh pengalaman dan kisah yang luar biasa, coba bayangkanlah......^_^
Setitik kisah inilah yang sampai saat ini masih terngiang dan tersimpan rapat dalam hati kami sebagai kado terakhir kami dalam menjalani pendidikan selama 3 tahun di sekolah tercinta MA Hasyim Asy’ari Bangsri. Yang sekarang sudah berpecah berai siswa/i nya, ada yang sudah menikah, kerja, kuliah dan nganggur neng omah, selalu hati kita tetap bersama, sehingga tetap menjaga dan menjalin silaturrahim antar semua....SALAM SUKSES!!!

darut ta'lim, tempat yang paling indah

SUKA – DUKAKU DI PONTREN DARUT TA’LIMBANGSRI JEPARA*

A. Sejarah Singkat
Ketika harus mengingat kembali masa ketika saya belajar di Pontren Darut Ta’lim, maka akan banyak cerita terngiang dalam benakku, meski memang sesungguhnya banyak terjadi duka dalam proses belajarku kala itu, namun saya hanya merasa itu semua adalah pelajaran dan pengalaman hidup yang harus dilalui, jadi menurut saya tidak ada duka dikarenakan semua itu telah terlampaui. Namun tetap saja tidak afdhol jika tidak saya ceritakan.
Semua berawal ketika saya belajar di Sekolah MTs Hasyim Asy’ari Bangsri, sekolah setingkat SMP di Jepara. Sekitar pertengahan kelas 2, yang pada saat itu sekolahku masuk siang, jam 13.00 WIB. Maklum kebanyakan siswa. Sehingga menyebabkan harus pulang sore hari, jam 16.45 WIB. Awalnya sekolahku berjalan seperti halnya biasa. Namun sejalan dengan kebiaasaan itulah yang semakin membuat khawatir ibu saya, dikarenakan sering sampai rumah menjelang maghrib, mengingat jarak rumahku dan sekolah adalah Sinanggul-Bangsri, naik bis pula. Dan kadang kala saya pernah tidak mendapatkan bis dan mesti nunggu sampai malam. Sehingga pada akhirnya ibuku menganjurkan kepadaku supaya sekalian belajar di Pontren Darut Ta’lim, meskipun awalnya agak ragu, dikarenakan keterbatasan biaya, namun pada akhirnya dengan segala niat dan upaya akhirnya saya mondok dan belajar di Pontren Darut Ta’lim.
B. Awal di Pontren DT
Suasana hari berganti hari kurasakan mulai ada perpisahan dengan keluarga, pada awal masuk saya sering menangis, sering mengeluh mungkin karena harus berada dilingkungan baru, namun itu hanya bertahan beberapa hari saja dikarenakan banyak teman yang menghibur dan sungguh bersahabat, tiap minggu saya berusaha menyempatkan waktu untuk pulang, bahkan kadang-kadang ketika sekolah libur, saya pernah pura-pura sakit, sehingga pada akhirnya saya diberi ijin untuk pulang, oh..sungguh berat perjuangan seorang santri yang ingin pulang dikala waktu liburan, kecuali sakit. Maklum bersama keluarga kan lebih nyaman dan bahagia. Tapi itu pun juga tidak bertahan lama, hanya beberapa minggu saja, saya mulai merasakan pentingnya menuntut ilmu, pelajaran dan kitab yang disampaikan pun mulai mampu saya serap, boleh dibilang awalnya saya adalah santri yang pandai dan rajin, hampir tidak pernah mendapat hukuman berdiri di karenakan tidak menghafal pelajaran, prestasi juga lumayan baik, dan juga hampir tidak pernah melakukakan pelanggaran-pelanggaran lain, namun itu hanya berjalan sekitar 2 tahun. Namun semenjak saya duduk di bangku SMA tepatnya di sekolah MA Hasyim Asy’ari Bangsri, maklum masih satu Yayasan dengan sekolahku dulu, pada saat inilah prestasiku mulai menurun.
C. Di Pontren DT
Saya banyak mendapatkan ilmu berharga, hafalan-hafalan dan benar-benar ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan yang paling utama adalah pelajaran mengenai Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, kitab-kitab nahwu-sorof (Juruimiyyah, Umriti, AL Fiyah Ibnu Malik, Nadhom Maqsud, dll.), pelajaran akhlaq, budi pekerti, dan pelajaran-pelajaran hidup lainnya. Dalam hal berteman pun cukup baik, banyak teman yang mau berteman dengan sikap ku yang ramah-tamah dan nyambung yang kadang-kadang bayak humornya, yang paling masih teringat yaitu mbah Sahil, Hasan Basori, kang Dzakirin, Heri K, kang Abdul Mu’in, Kholilur Rahman, Anif Syaifuddin, Khadiq banjaran, kang Ghofur, Muaziz, dan sebenarnya banyak sekali namun saya tidak bisa menyebutkan satu persatu. Kala di Pontren pun yang paling seneng adalah ketika ngaji di ndalem, yach maklum manusia normal, karena bisa sambil cari perhatian santriwati DT.haha…. dan yang paling menggemaskan adalah ketika mendapat takziran sholat jama’ah, disuruh bersiin kamar mandi dan WC….bauuuuu…! namun semua itu saya tekankan kembali hanya perjalanan dan pengalaman hidup. Dan kadang-kadang kalo lagi bosen di Pontren pun saya dan teman-teman lain sering mbolos, pokoknya main apa aja, mulai Play Station, Merokok (pi mf sy tdk merokok..hhe), nonton Dangdut, dll.
Sejujurnya saya juga lebih menyukai keadaan Pontren DT yang dulu, karena rasa ke-klasik-annya masih ada dan rasa alaminya pun masi kental, apalagi ketika masak sendiri, tiap sore bareng-bareng sama teman pergi kesungai minta sayuran kangkung sama warga sekitar, buat lauk, dan kadang-kadang memetik buah Juwet diseberang sungai, Memang sih sekarang lebih modern, tapi menurutku akan lebih sulit untuk belajar mandiri, jadi terkesannya seperti tinggal di Kos atau Asrama.hhehee…
D. Kala di Penghujung Pontren
Semenjak saya duduk di bangku SMA di sekolah MAHABA saya mulai mengenal bayak lingkungan yang membawaku ke jenjang kehidupan remaja pada umumnya, mulai banyak keinginan, bahkan kadang-kadang saya menomorduakan Pontren-ku, yach banyak alasan lah.., ada les lah…, ada rapat lah…, ada aja alas an yang keluar dari pikiranku, namun yang paling menyedihkan pada diriku saat itu adalah ketika keluargaku mengalami kesulitan ekonomi, sebagai anak yang mulai menjadi remaja, saya mulai sedikit ikut memikirkan ekonomi keluarga, di mulai ketika di Pontren mulai menggalakkan system makan wajib di ndalem, sungguh dari hatiku yang paling dalam, saya sebenarnya tidak setuju, di karenakan saya dan beberapa teman lain tidak bisa masak sendiri lagi, maklum kala itu saya dan beberapa teman lain memilih masak sendiri supaya lebih menghemat, namun semenjak diberlakukannya system demikian kami sedikit terberatkan, awal-awal system itu saya bisa membayar makan tiap bulan, namun pada akhirnya ketika keluargaku mengalami kesulitan ekonomi, sehingga saya harus bilang ke romo kyai (pengasuh Pontren DT) untuk minta keringanan biaya makan, yaitu kala itu saya memilih makan wajib satu kali saja dan akupun mulai sering menjalankan Puasa sunnah supaya lebih menghemat dan melatih diri. Ada yang lebih penting, keputusan penting kala itu adalah ketika benar-benar keluargaku mengalami kesulitan ekonomi, saya pun mulai mencari jalan keluar, agar mendapatkan uang tambahan untuk makan sehari-hari. yaitu saya memberanikan diri datang ke kepala sekolahku MAHABA, saya bilang “ pak saya minta keringanan biaya sekolah”! dan minta tolong untuk mempekerjakan saya sebagai Cleaning Service atau office Boy”? pada akhirnya kepala sekolahku menyetujui memberikan keringanan biaya sekolahku, dan juga menjadikannku sebagai OB, dengan catatan harus tidur disekolah, namun saya tidak langsung menerimanya, saya perlu waktu untuk memutuska, beliau pun menyetujui, kala itu sungguh berat pilihanku antara di Pontren DT atau menjadi OB di MAHABA???? Berhari-hari saya merenungkan penawaran bapak kepala sekolah, pada akhirnya saya memberanikan diri menghadap matur romo kyai (pengasuh Pontren DT):
Saya : “Bapak…kulo nggadahi masalah engkang rumit, kulo badhe nyuwun pangestunipun panjenengan”.
romo kyai (pengasuh Pontren DT): ono opo, za?
Saya : “mekaten kyai, kulo nggadahi masalah kesulitan ekonomi, sehinggo kulo nyuwun pangestunipon, wingi kulo matur kepala sekolah MAHABA, kulo nyuwun pekerjaan ten sekolahan, keranten kangge mbantu keluwargo kulo, Kepala sekolah matur, kulo di paringi yen kulo purun di ken tilem ten sekolahan.
romo kyai (pengasuh Pontren DT) : terus ngajimu kepiye??
Saya : mekaten kyai, sak mangkeh kulo nga’osipun supados biasa nipun, lajeng namung tilem kulo ingkang ten sekolahan, nek ngoten pripon kyai??
romo kyai (pengasuh Pontren DT) : yo wes sak karepmu, seng penting kuwe iso melu ngaji…tur ojo durhoko
saya : inggeh kyai…
Semenjak saat itulah saya mulai melaksanakan tugas saya sebagai OB disekolah, pada awalnya semua berjalan lancar dan tidak ada masalah, persoalan di mulai ketika saya mulai duduk di kelas 2 SMA, saya menjadi Ketua OSIS, sehingga menjadikan tugasku semakin berat dan sering kecapek an, sehingga kadang-kadang tidak berangkat mengaji di Pontren yang jaraknya sekitar 500 meter dari sekolah. Dari kebiaasaan itulah akhirnya lama-kelamaan ngaji saya mulai kendor, kadang-kadang seminggu hanya 3 kali mengaji. Dan beberapa bulan sudah berlangsung, akhirnya saya di sekolah mendapatkan teman yang mau tidur disekolahan, sehingga saya mempunyai banyak waktu lagi untuk mengaji, sehingga saya bisa mondok lagi di Pontren, dan tugas tidur di gantikan temanku, tapi saya tetap menjadi OB. Dengan catatan honor dibagi 2, dan saya pun tidak keberatan, yang penting saya bisa ngaji dan mondok lagi (kenangku kala itu…) Namun itu juga hanya berjalan sekitar 3 bulan-an, karena temanku mulai mengadu ke kepala sekolah sehingga sampai sekitar 2 bulan menjelang ujian nasional,. Saya memutuskan untuk tidak mondok lagi, saya sadar ini sangatlah berat, namun demi konsentrasi uijian nasional SMA, maka saya lakukan itu, karena jika tidak, maka saya selalu kecapek an harus berjalan bolak-balik sekolahan Pontren, meski demikian saya senantiasa menjalin hubungan baik dengan Pontren..
Namun ada satu hal yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, mengenai statusku ketika saya di Pontren kala itu, kebanyakan temen-temen santri dan sekolahku mengira saya hanya mondok dan sekolah saja, tapi pada kenyataannya, saya juga OB sekolah, dan uniknya lagi saya juga ketua OSIS…hhha, demikian juga orang-orang ditempat daerah asalku. Sinanggul. Juga beranggapan bahwa saya hanya mondok dan sekolah. Begitulah…!!
E. Pesan Moralku
Saya berharap cerita atau pengalaman suka dukaku tersebut bisa menjadi semangat untuk teman-temanku semua dalam menuntut ilmu, khususnya adik-adik angkatan yang masih mondok di Darut Ta’lim agar senantiasa mempergunakan waktu dan kepercayaan yang diberikan orang tua kepada santriwan-santriwati, lebih-lebih yang diberi rizki lebih oleh Allah SWT. Karena Ilmu memang mahal harganya, dalam artian, bukan berarti ilmu itu ada tarifnya, oh.. jelas bukan… yang jelas pergunakanlah kesempatan dan peluang yang Allah berikan kepada kita untuk terus menggali Ilmu-ilmu agama Islam dan Ilmu umum, saya sendiri sebenarnya juga seneng pada teman-teman yang berkesempatan dan mau menghafal Al Qur’an, sungguh mulia, orang tuaku dulu juga menganjurkan demikian, namun entah mengapa saya belum sanggup melaksanakan, semoga Allah membukakan pintu kebaikan buat saya. Siapapun diri kalian, semuanya mempunyai kesempatan untuk berekspresi dan mengembangkan diri, seperti halnya diriku, boleh dibilang paras wajah gak begitu menawan, Prestasi juga jeblok, ekonomi juga kelas menengah-kebawah, sekolah aja jalan kaki, hhehhee….!! tapi kenyataannya saya bisa menjadi Ketua OSIS, dan sekolahku pun boleh dibilang sekolah ternama di Kabupaten Jepara. jadi semua itu tergantung diri, bagaimana kita menempatkan diri kita terhadap lingkungan sekitar. Dan karena saya juga punya pandangan ingin dihargai dan dihormati orang lain, dengan catatan saya tidak boleh menyeleweng dari ajaran-ajaran Allah SWT. Salam Sukses!!!

*Penulis adalah Seorang Mahasiswa yang sedang belajar di Universitas Diponegoro Semarang

teater diponegoro

Teater Diponegoro lahir pada tanggal 2 Oktober 1997 atas prakarsa dari tiga unit teater fakultas Universitas Diponegoro yang telah membentuk Tim 6 yang terdiri dari 2 oarang anggota teater EMKA (Fak. Sastra), 2 orang anggota teater BUIH (Fak. Ekonomi), dan 2 orang anggota teater TEMIS (Fak. Hukum).



Nama teater Diponegoro diambil dari nama Universitas Diponegoro. Nama Diponegoro dijadikan sebagai nama teater karena selain mengandung nilai filosofis dari sejarah perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia kita mengenal tokoh Diponegoro yang walau dibesarkan di lingkunag keraton, beliau masih mempunyai kepedulian dan semangat juang yang tinggi untuk membela bangsanya yang tertindas oleh bangsa penjajah pada masa itu. Maka dengan nama besar Dipenegoro tersebut mampu menginspirasi bagi para anggota teater Diponegoro khususnya untuk tetap berjuang mencari dan membela kebenaran serta keadilan melalui jalur kesenian dengan tanpa megutamakan kepentingan pribadi atau golongan. Juga lebih menekankan untuk menjunjung tinggi nama almamater Universitas Diponegoro.



Alasan mendasar dibentuknya teater Diponegoro adalah untuk memberikan wadah kesenian, khususnya teater, kepada mahasiswa-mahasiswa Undip yang memiliki minat dan bakat pada seni teater.



Pada saat ini teater Diponegoro memiliki jumlah anggota sekitar 22 orang. Selain sering sibuk latihan dasar teater dan penggarapan naskah, teater Diponegoro juga mempunyai aktivitas lain yakni pengembangan media pengenalan seni dan teater dengan nama KINDJENG, terbit satu bulan sekali.



Karya

Karya-karya yang pernah diproduksi / dipentaskan oleh teater Diponegoro diantaranya, Gayor, karya & sutradara Catur Pragolapati, tahun 2002, Senti Perekwati, tahun, 2003, Madu Suamiku, karya Abdul Rahman, sutradara Asti Pradiajayanti, tahun 2003, Manusia Adimanusia, karya Bernard Shaw, sutradara Adieets Kaliksanan, tahun 2004, Waiting For Godot, karya Samuel Beckett, sutradara Rintulebda A. Kaloka, tahun 2005, RNF, karya & sutradara Tangguh Asrondi, tahun 2006, ROH, karya Wisran Hadi, sutradara Antoni C. Kharismawan, tahun 2006. kawin muda sutradara sigheru 2009, caplok sutradara dieni 2009, hitam putih sutradara dipoartworker 2010. para jahanam sutradara dipoart worker 2010. dll.
Teater Kampus Semarang
www.dekase.net

aku sedang ingin bercinta

aku sedang ingin bercinta
aku sedang ingin bergerilya
aku sedang ingin mengintip
aku sedang ingin mencuri hatinya
aku mau memilikinya
akan tetapi aku tak mau dia tau..
aku hanya seorang yang luput.
aku hanyalah manusia bodoh..
aku mau dia tau dengan sendirinya..

Semarang, 27 oktober 2010